Oleh:
Tutik Haryati, M.Pd.
SMK Negeri 1 Batealit, Jepara
Pelajaran bahasa Jawa merupakan pelajaran muatan lokal di sekolah dan diberikan kepada siswa sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Di SMK Negeri 1 Batealit Jepara siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa yang mengunakan ragam bahasa Jawa masih sangat sulit menggunakan ragam krama untuk orang lain dengan tepat. Mereka masih bingung antara penggunaan ragam krama dan ngoko.Hal itu,terjadi karena komunikasi siswa sehari-hari dalam keluarga menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa ngoko. Selain itu, orang tua juga belum sepenuhnya melatih anaknya dalam pengunaan dalam kehidupan di keluarganya.
Ada empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Dari keempat keterampilan tersebut keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sulit. Hal itu dipertegas dengan pendapat Nurgiyantoro (1988: 270-271) bahwa dibanding tiga kemampuan yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penulis bahasa yang bersangkutan. Keterampilan berbahasa tersebut memiliki keterkitan yang erat. Salah satu dari empat jenis keterampilan berbahasa adalan menulis. Keterampilan menulis sangat penting bagi kemampuan pengembangan diri siswa. Keterampilan menulis dapat mengembangkan diri mereka dalam berkomunikasi sesama manusia selain menggunakan bahasa lisan. Dalam pembelajaran keterampilan menulis memiliki berbagai macam bentuk.
Salah satunya adalah menulis pacelathon dengan penggunaan ragam bahasa Jawa. Dalam aspek menulis dimana siswa harus mampu mengungkapkan pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan secara tertulis dalam berbagai bentuk tulisan dan ragam bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh basa yang benar. Di SMK Negeri 1 Batealit, Jepara keterampilan menulis pacelathon masih sangat rendah dikarenakan siswa belum bisa menggunakan ragam bahasa Jawa yaitu ngoko dan krama dengan benar dalam suatu dialog, karena dalam pacelathon pastilah terdapat unsur-unsur pelaku pacelathon yang berbeda usianya. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya berbagai kekurangan dan kesulitan yang dihadapi oleh siswa SMK Negeri 1 Batealit waktu pembelajaran menulis pacelathon di kelas. Selain itu media atau metode pembelajaran yang digunakan kurang menarik, sehingga mengakibatkan kejenuhan pada siswa. Untuk mengatasi kebinggungan dan menghilangkan pikiran dalam diri siswa bahwa pembelajaran menulis pacelathon dengan unggah- ungguh basa membosankan dan sulit untuk dipelajari. Guru harus berupaya mencari solusi yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menulis pacelathon dengan menggunakan ragam bahasa Jawa krama. Solusi tersebut dapat berupa pemilihan metode dan teknik pembelajaran bahasa Jawa. Penggunaan metode, model dan teknik yang lebih tepat, akan mempermudah siswa dalam proses pembelajaran menulis pacelathon, sehingga siswa dapat menuangkan ide serta gagasannya dengan mudah. Lebih daripada itu, dengan teknik pembelajaran yang tepat, kompetensi dasar yang diinginkan akan mudah dicapai pula. Dalam hal ini,guru menggunakan teknik pembelajaran, yaitu “Tekbepas” atau sering dikenal dengan sebutan teknik berpasangan. Teknik ini sebagai suatu solusi agar pembelajaran menulis pacelathon tidak hanya bergantung pada teknik tradisional. Tujuan teknik berpasangan yaitu agar siswa dapat meningkatkan keterampilan menulis pacelathon secara cepat dan benar. Lie (2008:57), teknik berpasangan memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta kerjasama dengan siswa lain. Langkah-langkah “Tekberpas” yaitu: pertama, Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok. Kedua, setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri. Ketiga, Siswa berpasangan dengan salah satu teman dalam kelompok dan berdidkusi dengan pasangannya. Keempat, kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Melalui teknik berpasangan memberikan kemudahan kepada siswa dalam mengungkapakan pendapat, gagasan, serta menumbuhkan semangat berpikir bersama-sama serta menghargai partisipasi teman. Melalui teknik berpasangan pula, nantinya siswa dapat berpikir bersama-sama untuk menerapkan unggah-ungguh basanya dalam menulis pacelathon. Dengan teknik berpasangan dalam menulis pacelathon siswa menjadi senang dan mudah untuk menuangkan gagasan secara bersama-sama. Siswa di SMK Negeri 1 Batealit sangat senang sekali dengan teknik berpasanagan semakin meningkat dan siswa sangat antusias sekali dalam mengikuti pembelajaran.Siswa sangat termotivasi dalam pembelajaran menulis pacelathon. Sehingga pembelajaran lebih bersemangat dan nilai menjadi meningkat. Dengan teknik berpasangan dalam menulis pacelathon siswa lebih semangat dalam mengerjakan tugas dan cepat pengiriman hasil tugas. Bahkan nilai siswa hasilnya sudah banyak di atas KKM. Di sinilah letak keunggulan yang dimiliki, teknik berpasangan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam menulis pacelathon dengan ragam krama. Selain itu teknik berpasangan juga bisa membantu teman sebaya dalam belajar, menghargai prestasi diri sendiri juga menghargai prestasi orang lain.