Narative Therapy Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kesehatan Mental Pada Gen Z

Narative Therapy Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kesehatan Mental
Pada Gen Z.”
By. Muhammad Aditya Oktava, S.Psi., S.Pd., M.Pd.

Perkembangan teknologi telah merubah berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat.
Dengan teknologi yang semakin canggih, cepat dan mudah membuat masyarakat tumbuh
dalam situasi yang serba instan. Sebagai generasi yang tumbuh dan berkembang dalam
kecanggihan teknologi, Gen Z sering kali dianggap menjadi generasi manusia manja, cinta
kebebasan, dan begitu menghargai rasionalitas dalam berfikir. Ada juga yang berpendapat
bahwa Gen Z merupkan generasi strawberry yang memiliki karakter terlihat menawan dari
luar tapi dalamnya rapuh dan mudah untuk dihancurkan. Menurut laporan dari American
Psychological Association
(APA), generasi ini memiliki tingkat stres yang lebih tinggi
dibandingkan generasi sebelumnya. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang efektif
untuk mendukung kesehatan mental mereka.
Tumbuh dalam perkembangan dan kecanggihan teknologi membuat Gen Z juga sering
menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya. Salah satu tantangan yang paling signifikan
dan sering dihadapi Gen Z ini adalah Kesehatan Mental. Hal tersebut tidak terlepas dari
kehidupan generasi Z sangat bergantung dengan teknologi sehingga cenderung mengabaikan
keadaan yang terjadi dalam lingkungan sebenarnya. Permasalahan terkait kesehatan mental
yang dihadapi generasi Z dipengaruhi oleh intensitas terpapar internet dan sosial media yang
tinggi. Generasi Z merupakan genarasi yang produktif namun sangat kecanduan dengan
gadget sehingga dampak yang dirasakan adalah mudah mengalami gangguan mental (Surat et
al, 2021). Sebuah studi yang dilakukan pada 260 siswa di India menemukan bahwa 241 siswa
(92,7%) setuju bahwa depresi, kecemasan, gangguan makan, dan self harm adalah masalah
kesehatan mental yang paling sering dialami oleh Gen Z. Media sosial juga merupakan
penyebab utama penyakit mental yang dialami oleh generasi Z (Veluchamy, Agrawal, &
Krishnan, 2016).
Menurut Word Health Organization (WHO), kesehatan mental adalah ketika seseorang
menyadari potensi dirinya, dapat mengatasi stres dengan baik, produktif di tempat kerja, dan
mampu memberikan kontribusi positif terhadap lingkungannya. Meskipun era digital telah
membawa perkembangan dan perubahan besar dalam banyak hal, tetapi disatu sisi yang lain
juga telah menyebabkan peningkatan jumlah pengidap penyakit mental. Adapun bentuk dari
penyakit mental ini adalah kondisi yang dapat mengubah cara seseorang berpikir, merasa, dan
berperilaku serta menyulitkan mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu,
masyarakat Indonesia memiliki stigma yang cukup tinggi mengenai penyakit mental. Hal ini
membuat generasi Z kurang memperhatikan dirinya ketika mengalami permasalahan terkait
kesehatan mental yang membutuhkan bantuan tenaga profesional secara medis maupun
melalui psikolog atau konselor untuk membantunya.
Konseling naratif terapi sebagai salah satu pendekatan konseling Postmodern yang
merupakan pendekatan konseling yang memiliki fokus terhadap cerita dan narasi yang
dibangun sendiri oleh klien/konseli. Pendekatan ini bertujuan untuk membantu klien
memahami dan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan melihat bagaimana
mereka memaknai dunia dan diri mereka melalui kisah hidup mereka. Dalam proses terapi
naratif, klien diberikan kesempatan untuk berbagi kisah hidup mereka dan menjelajahi
bagaimana kisah tersebut membentuk persepsi serta pengalaman mereka. Konselor
berkolaborasi dengan klien untuk membantu klien memahami bagaimana cerita hidup
mereka dapat mempengaruhi cara mereka memandang diri sendiri dan dunia di sekitar
mereka. Konselor juga membantu klien untuk mengeksplorasi alternatif cerita hidup yang
lebih positif dan membantu mereka meraih kontrol atas hidup mereka.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan konseling naratif terapi ini memiliki tahapan dan
teknik yang harus dilakukan. Adapun tahapan konseling naratif terapi ini meliputi :

  1. Externalization of The Problem (Eksternalisasi Masalah) : Konselor membantu klien
    memisahkan masalah dengan memeriksa asumsi yang keliru, mengidentifikasi pengaruh
    masalah pada kehidupan klien, dan menggambarkan pengaruh kehidupan partisipan
    terhadap masalah, memberikan informasi berguna untuk mencapai tujuan konseling.
  2. Dekonstruksi : Teknik ini berguna untuk mematahkan identitas individu yang dipengaruhi
    masalah dan mengupayakan penemuan cerita alternatif yang memberdayakan.
  3. Raising Dilemas : Mengatasi dilema sehingga klien dapat mempertimbangkan aspek
    masalah yang mungkin timbul sebelum menjadi lebih sulit.
  4. Predicting Setback : Pada tahap ini kemunduran diantisipasi sehingga klien dapat
    memikirkan apa yang harus dilakukan jika menghadapi masalah.
  5. Pengarangan-Ulang : Klien menggantikan pola cerita negatif dengan cerita positif.
  6. Peneguhan : Klien dikuatkan untuk menemukan pola alternatif yang memberdayakan.
  7. Re-authoring : Dalam tahap ini, konselor mengajak klien untuk menjadi penulis ulang
    kehidupannya dengan menulis cerita baru yang tidak terkait dengan masalah. Konselor
    menggunakan pertanyaan-pertanyaan, seperti apakah klien pernah melepaskan diri dari
    pengaruh masalah dan apa langkah selanjutnya berdasarkan pembelajaran tentang diri.
    Tujuannya adalah mendorong klien untuk fokus pada masa depan dan merencanakan
    langkah-langkah positif setelah mengingat kembali pengalaman dan kegiatan yang
    menyenangkan.
  8. Pembentukan Aliansi Terapeutik : Klien membentuk kelompok dukungan untuk mencegah
    munculnya masalah
    Secara umum langkah-langkah dalam terapi naratif mencakup kolaborasi untuk
    menemukan masalah pada klien, melambangkan masalah dan menghubungkannya pada
    keinginan serta strategi, menyelidiki dampak masalah, meminta klien melihat ceritanya dari
    perspektif alternatif, menemukan momen tanpa dominasi atau perasaan kecil hati, mencari
    pengecualian dari masalah, menemukan bukti historis yang mendukung pandangan baru dan
    menuliskan kembali identitas serta cerita kehidupan, meminta klien berspekulasi tentang
    masa depan dengan kekuatan dan kompetensi, dan menciptakan dukungan untuk cerita baru
    di luar sesi terapi.
    Naratif terapi sebagai salah satu pendekatan konseling Sangat berguna untuk
    mengatasi masalah kesehatan mental seperti depresi, trauma, kecemasan, dan masalah
    keluarga. Filosofi terapi naratif, yang berpusat pada pengembangan dan penerimaan kisah
    hidup seseorang, memberi individu kemampuan untuk mengontrol kesehatan mental mereka
    sendiri. Kemudian bercerita menjadi sangat penting untuk memahami dan meresapi
    pengalaman hidup seseorang, serta untuk membangun kembali narasi positif dari
    pengalaman mereka sendiri. Terapi naratif menciptakan ruang untuk menyembuhkan diri
    melalui penciptaan kembali narasi hidup. Terapi naratif juga dapat membantu individu
    menggunakan potensi mereka secara maksimal dan menjalin hubungan positif dengan orang
    lain. Hal ini mendorong terjadinya perubahan bahasa internal negatif menjadi interpretasi
    yang lebih positif dari cerita hidup penyintas.
    Beberapa penelitian telah menunjukkan efektivitas Narative Therapy dalam
    meningkatkan kesehatan mental. Misalnya, sebuah studi oleh Vetlesen (2015) menunjukkan
    bahwa individu yang menjalani Narative Therapy mengalami penurunan gejala kecemasan
    dan depresi setelah terlibat dalam proses merekonstruksi narasi pribadi mereka. Selain itu,
    penelitian yang dilakukan oleh Angus dan McLeod (2004) menegaskan bahwa pendekatan
    naratif dapat meningkatkan kemampuan individu untuk mengatasi stres dan tantangan hidup.
    Mengambil contoh dari studi kasus, seorang remaja generasi Z yang mengalami kesulitan
    dalam beradaptasi dengan perubahan sosial di sekolahnya dapat menjalani Narative Therapy.
    Dalam proses terapi, remaja tersebut mengeksplorasi pengalamannya, menemukan kekuatan
    yang dimilikinya dalam berinteraksi dengan teman-teman, dan akhirnya mampu membangun
    narasi baru yang menekankan pada kemampuan sosial dan potensi diri.
    Narative Therapy menawarkan pendekatan yang inovatif untuk meningkatkan
    kesehatan mental generasi Z. Dengan fokus pada narasi dan penciptaan makna, terapi ini
    membantu individu untuk membangun narasi yang lebih positif tentang hidup mereka.
    Mengingat tantangan kesehatan mental yang dihadapi oleh generasi ini, penerapan Narative
    Therapy harus didorong dan didukung oleh berbagai pihak, termasuk profesional kesehatan
    mental, institusi pendidikan, dan masyarakat luas. Melalui upaya bersama, diharapkan
    kesehatan mental generasi Z dapat ditingkatkan dan mereka dapat tumbuh menjadi individu
    yang lebih resilient dan sejahtera.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *