Saat ini, semua bidang pendidikan semakin maju pesat. Contoh konkritnya adalah munculnya banyak metode yang dapat digunakan untuk memudahkan guru saat pembelajaran. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan metode-metode baru yang saat ini sedang di perkenalkan kepada peserta didik tujuan sebenarnya adalah untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan kemajuan manusia dalam mengolah pikirannya. Perkembangan metode-metode baru ini memerlukan banyak waktu dalam kurun waktu yang sangat singkat ini.
Penggunaan metode roleplay secara positif didalam pembelajaran memberikan dampak yang sangat baik untuk siswa didalam pembelajaran utamanya dalam keterampilan berbicara. Kebutuhan manusia akan Pendidikan sudah tidak dapat dielakkan lagi. Pada zaman modern seperti saat ini, orang-orang yang hanya mengandalkan metode konvensional didalam membimbing peserta didik, mereka akan tertinggal jauh dengan para pendidik yang telah berani menerapkan metode-metode baru didalam proses pembelajaran.
Sementara di bidang pendidikan, sejak sekolah memulai untuk Pertemuan Tatap Muka 100%, disitu para peserta didik yang sudah terbiasa dengan adanya gawai didalam kehidupan mereka, tiba-tiba mereka harus bertemu secara penuh dengan Bapak/Ibu Gurunya dikelas, kesiapan para peserta didik tersebut sangatlah minim. Oleh karenanya dengan adanya metode-metode baru ini dirasa sangat tepat sebagai wadah agar memudahkan para pendidik dan peserta didik dalam melalui Pertemuan Tatap Muka (PTM) ini.
Bagi para guru beserta peserta didik juga harus dapat secara mandiri menelaah metode-metode baru yang sedang berkembang didalam dunia Pendidikan ini dengan mengkolaborasikan bahan ajar yang sesuai maupun berita terkini dari sumber lain selain dari materi yang disampaikan di dalam pembelajaran. Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut diperlukan satu kegiatan yang sangat penting yaitu “Kemampuan berbicara”. Kemampuan berbicara ini didalam pembelajaran Bahasa inggris sangatlah penting yaitu sebagai wadah mengeksplor aspirasi mereka melalui kecakapan berbicara. Oleh karenanya kecakapan berbicara ini juga harus didukung oleh metode yang tepat yaitu dengan metode roleplay. Karena pada tahap ini peserta didik dilatih untuk dapat berbicara satu kalimat demi satu kalimat dengan dialog yang sebelumnya telah dibuat, sehinggga peserta didik tidak akan merasa canggung karena mereka belum bisa melafalkan satu dialog secara penuh, melainkan hanya melafalkan satu kalimat saja pada setiap dialog. Sehingga metode roleplay ini memang dirasa sangat tepat dalam mengasah kemampuan siswa khususnya pada kemampuan berbicara mereka.
Budaya dalam memperkenalkan hal-hal baru didalam dunia Pendidikan memang terkadang tidak serta merta akan diserap penuh oleh peserta didik, akan tetapi dengan adanya pengetahuan tentang pemahaman yang kita berikan sedikit demi sedikit akan memberikan keterbukaan pengetahuan mereka dengan adanya metode-metode baru yang diperkenalkan kepada peserta didik.
Metode-metode baru yang digunakan bukanlah satu-satunya penyebab rendahnya kemampuan berbicara peserta didik di Indonesia. Beberapa penyebab lainnya antara lain pendekatan yang digunakan, media yang diberikan kepada peserta didik, Intonasi, pelafalan, kosakata yang dimiliki oleh siswa serta sarana dan prasarana yang minim. Namun jika diimbangi dengan upaya membangun budaya literasi baik lewat media buku pembelajaran maupun melalui internet, seharusnya hal ini tidak menjadi masalah.
Dalam hal ini upaya yang dilakukan di SMK Negeri 1 Batealit melalui peran guru dengan menggalakkan literasi baca oleh peserta didik baik melalui online maupun buku pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, dan memperkenalkan buku-buku atau bacaan yang menyenangkan.
Sebagai media pembelajaran dapat teks rumpang, gambar-gambar yang menarik yaitu dengan menjawab secara benar yang ada pada dialog rumpang didalam topik yang diangkat, dengan menayangkan sebuah video yang sesuai dengan tema, ataupun dengan memberikan gambar-gambar yang menarik ataupun produk langsung untuk diperagakan mereka didepan kelas.
(Penulis:Ari Rahmawati, S.Pd)
Penulis adalah Guru Bahasa Inggris SMK Negeri 1 Batealit, Jepara